Sabtu, 12 Januari 2013

Contoh Retorika bertemakan "Pendidikan yang Membebaskan"


Pendidikan yang Membebaskan
1.      Pendahuluan
Saya berbicara di depan umum ini, karena saya ingin menjelaskan makna tentang pendidikan yang membebaskan. Bagaimana cara mendidik anak pada era yang modern ini.

2.     Tema
Saya ingin berbicara tentang “Pendidikan yang Membebaskan”

3.      Penjelasan
Pendidikan atau pembelajaran pada zaman seperti ini cenderung statis. Dengan kata lain masih banyak sekolah-sekolah yang belum dapat menampung aspirasi dari anak didiknya. Padahal pengertian pendidikan menurut Kementrian Pendidikan dan kebudayaan adalah pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pendidikan pada dasarnya adalah upaya penanaman sikap hidup, pandangan hidup, nilai-nilai tentang kehidupan, dan keterampilan hidup. Banyak model-model atau jenis-jenis sekolah yang diterapkan pada zaman seperti ini. Contoh: sekolah alam.

Dalam sekolah alam kita dapat memperoleh ilmu dengan suasana yang kreatif dan menyenangkan. Yang terjadi pada dunia persekolahan formal masa kini adalah anak-anak yang cenderung ditekan oleh suasana stress, karena anak cenderung dikejar ketuntasan dengan suasana yang membosankan yang tidak terkait dengan kebutuhan dan realitas kesehariannya, serta Ujian Nasional yang menekan syaraf psikologinya.

Dunia pendidikan harus menciptakan peluang bagi pembudaya individu agar kapasitasnya berkembang. Terdapat banyak kecerdasan-kecerdasan dalam diri manusia diantaranya:
A.     Kecerdasan Linguistik
(Kecerdasan dan kepekaan terhadap arti dan tata kata)
B.      Kecerdasan Logika Matematika
(Kecerdasan berhitung)
C.      Kecerdasan Musikal
(Kecerdasan untuk memahami dan menciptakan musik)
D.     Kecerdasan Spasial
(kecerdasan dalam berpikir gambar atau visual)
E.      Kecerdasan Tubuh Kinestetik
(keterampilan olah tubuh dan berekspresi seperti penari, olahragawan)
F.      Kecerdasan interpersonal
(Kecakapan memahami individu lain)

G.     Kecerdasan Intrapersonal
(Kecakapan untuk memahami diri dan menggunakan pengalamannya untuk membimbing orang lain)

Dalam proses tersebut semestinya semua aspek pendidikan dikaji secara kritis sehingga menghasilkan suatu bentuk sekolah yang merupakan ajang interaksi berbagai latar belakang masyarakat untuk saling memahami dalam suasana kesetaraan, keadilan, dan penghormatan.

Gagasan pendidikan multikultural ini sangat menarik jika dikaitkan dengan negeri multi etnis seperti Indonesia.

Saat ini tugas mendidik anak diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Kalau anaknya tidak berhasil dalam menempuh kehidupan, sadar atau tidak, pihak sekolah yang disalahkan. Padahal orangtua yang sibuk mengejar karier.

Sekolah yang mestinya merupakan tempat belajar, bermain, berteman dan mengembangkan jati diri, pada akhirnya menjadi tempat yang tidak menyenangkan bagi anak. Bahkan tidak jarang anak justru takut kepada gurunya. Beban pekerjaan rumah, guru yang otoriter, orang tua yang terlalu memaksa agar anaknya berprestasi menjadikan anak trauma untuk pergi kesekolah.

4.      Opini Lain
Setuju karena pembelajaran di sekolah yang cenderung statis, harus di ubah polanya agar peserta didik tidak jenuh dengan kegiatan atau aktivitas yang ada didalam maupun di luar sekolah.




5.      Pembuktian
Sebaiknya pembelajaran di dalam kelas tidak terlalu terpusat pada guru melainkan para peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran agar  tercipta suasana kekeluargaan dan interaksi yang lebih lanjut antara guru dan peserta didik.
Contoh: sekolah bukan lagi menjadi tempat penuh sensor, guru yang selalu mengawasi, perintah sekolah yang selalu menjadi diktaktor dan mematikan bakat, menjadi pengadilan yang penuh hukuman sehingga menimbulkan ketakutan, kegelisahan dan penuh ancaman.

6.      Harapan
Semoga dengan sistem pendidikan yang lebih dinamis ini. Sistem pendidikan di Indonesia semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Dan dengan berkembangnya sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik, kita semua berharap bahwa Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan mandiri. Dan menjadi sebuah negara yang lebih baik lagi.

7.      Kehendak
Mari kita membangun pendidikan yang lebih dinamis dan nyaman. Dengan begitu sebuah langkah kecil dan awal untuk Indonesia yang lebih baik, sudah kita lakukan. Bagi pihak-pihak atau instansi-instansi terkait mari kita menginstropeksi diri lebih dalam mengenai permasalahan-permasalahan pendidikan. Dengan pendidikan yang lebih baik segenggam asa sudah kita dapatkan untuk masa depan yang lebih baik.

8.      Penutup
Indonesia tampaknya perlu segera menata kembali sistem pendidikannya agar mencetak anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya. Baik disekolah maupun di rumah.







DIONYSIUS RYANTO (122214104)

Maria Sheren Monica