Pendidikan yang Membebaskan
1. Pendahuluan
Saya berbicara di depan umum ini, karena saya
ingin menjelaskan makna tentang pendidikan yang membebaskan. Bagaimana cara
mendidik anak pada era yang modern ini.
2.
Tema
Saya ingin berbicara tentang “Pendidikan yang Membebaskan”
3.
Penjelasan
Pendidikan
atau pembelajaran pada zaman seperti ini cenderung statis. Dengan kata lain
masih banyak sekolah-sekolah yang belum dapat menampung aspirasi dari anak
didiknya. Padahal pengertian pendidikan menurut Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan adalah pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Pendidikan
pada dasarnya adalah upaya penanaman sikap hidup, pandangan hidup, nilai-nilai
tentang kehidupan, dan keterampilan hidup. Banyak model-model atau jenis-jenis
sekolah yang diterapkan pada zaman seperti ini. Contoh: sekolah alam.
Dalam
sekolah alam kita dapat memperoleh ilmu dengan suasana yang kreatif dan
menyenangkan. Yang terjadi pada dunia persekolahan formal masa kini adalah
anak-anak yang cenderung ditekan oleh suasana stress, karena anak cenderung
dikejar ketuntasan dengan suasana yang membosankan yang tidak terkait dengan
kebutuhan dan realitas kesehariannya, serta Ujian Nasional yang menekan syaraf
psikologinya.
Dunia
pendidikan harus menciptakan peluang bagi pembudaya individu agar kapasitasnya
berkembang. Terdapat banyak kecerdasan-kecerdasan dalam diri manusia
diantaranya:
A. Kecerdasan Linguistik
(Kecerdasan
dan kepekaan terhadap arti dan tata kata)
B. Kecerdasan Logika Matematika
(Kecerdasan
berhitung)
C. Kecerdasan Musikal
(Kecerdasan
untuk memahami dan menciptakan musik)
D. Kecerdasan Spasial
(kecerdasan
dalam berpikir gambar atau visual)
E. Kecerdasan Tubuh Kinestetik
(keterampilan
olah tubuh dan berekspresi seperti penari, olahragawan)
F. Kecerdasan interpersonal
(Kecakapan
memahami individu lain)
G. Kecerdasan Intrapersonal
(Kecakapan
untuk memahami diri dan menggunakan pengalamannya untuk membimbing orang lain)
Dalam
proses tersebut semestinya semua aspek pendidikan dikaji secara kritis sehingga
menghasilkan suatu bentuk sekolah yang merupakan ajang interaksi berbagai latar
belakang masyarakat untuk saling memahami dalam suasana kesetaraan, keadilan,
dan penghormatan.
Gagasan
pendidikan multikultural ini sangat menarik jika dikaitkan dengan negeri multi
etnis seperti Indonesia.
Saat
ini tugas mendidik anak diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Kalau anaknya
tidak berhasil dalam menempuh kehidupan, sadar atau tidak, pihak sekolah yang
disalahkan. Padahal orangtua yang sibuk mengejar karier.
Sekolah
yang mestinya merupakan tempat belajar, bermain, berteman dan mengembangkan
jati diri, pada akhirnya menjadi tempat yang tidak menyenangkan bagi anak.
Bahkan tidak jarang anak justru takut kepada gurunya. Beban pekerjaan rumah,
guru yang otoriter, orang tua yang terlalu memaksa agar anaknya berprestasi
menjadikan anak trauma untuk pergi kesekolah.
4. Opini Lain
Setuju
karena pembelajaran di sekolah yang cenderung statis, harus di ubah polanya
agar peserta didik tidak jenuh dengan kegiatan atau aktivitas yang ada didalam
maupun di luar sekolah.
5. Pembuktian
Sebaiknya
pembelajaran di dalam kelas tidak terlalu terpusat pada guru melainkan para
peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana kekeluargaan dan interaksi
yang lebih lanjut antara guru dan peserta didik.
Contoh:
sekolah bukan lagi menjadi tempat penuh sensor, guru yang selalu mengawasi,
perintah sekolah yang selalu menjadi diktaktor dan mematikan bakat, menjadi
pengadilan yang penuh hukuman sehingga menimbulkan ketakutan, kegelisahan dan
penuh ancaman.
6.
Harapan
Semoga
dengan sistem pendidikan yang lebih dinamis ini. Sistem pendidikan di Indonesia
semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Dan dengan berkembangnya sistem
pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik, kita semua berharap bahwa Indonesia
menjadi negara yang lebih maju dan mandiri. Dan menjadi sebuah negara yang
lebih baik lagi.
7.
Kehendak
Mari
kita membangun pendidikan yang lebih dinamis dan nyaman. Dengan begitu sebuah
langkah kecil dan awal untuk Indonesia yang lebih baik, sudah kita lakukan.
Bagi pihak-pihak atau instansi-instansi terkait mari kita menginstropeksi diri
lebih dalam mengenai permasalahan-permasalahan pendidikan. Dengan pendidikan
yang lebih baik segenggam asa sudah kita dapatkan untuk masa depan yang lebih
baik.
8.
Penutup
Indonesia
tampaknya perlu segera menata kembali sistem pendidikannya agar mencetak
anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya. Baik disekolah maupun di
rumah.
DIONYSIUS
RYANTO (122214104)